Pada Juni 2019 saya menyarankan agar diadakan acara perpisahan siswa kelas 6 dengan konsep panggung di luar ruangan.
Guru-guru yang lain menolak karena baru saja tahun 2018 mengadakan acara yang serupa, di sekolah kami acara besar perpisahan siswa biasanya diadakan dua tahun sekali.
Penolakan tersebut saya maklumi mengingat acara besar perpisahan ini memerlukan tenaga yang ekstra dari guru-guru.
Tapi entah mengapa waktu itu saya ngotot dengan alasan siswa yang akan berpisah sebagiannya adalah keluarga dari yayasan, yah sebagai bentuk penghormatan kepada Yayasan.
Akhirnya keputusan mengadakan acara besar perpisahan siswa disetujui, walau pun saya lihat dengan raut muka guru-guru yang tidak meerasa enak.
Pada waktu itu penyesalan saya amat dalam, saya sampai beretkad tidak akan pernah meminta apa pun lagi hanya ini terakhir ususlan saya. dan saya pun terus bertanya mengapa saya harus memaksa seperti ini, padahal ini berlawanan dari karakter saya.
Baru pada tahun 2020 terjawab sudah, ternyata tahun 2019 adalah tahun terakhir hidup normal. di tahun 2020 adalah hidup dengan mengerikan. Masker, jaga jarak, larangan berkerumun harus menjadi kebiasaan sehari-hari.
Dalam benak saya berkata mungkinkah hal itu yang membuat saya dulu mengambil langkah yang memaksa.
Terima kasih crew perpisahan 2019, walau pun terpaksa, ternyata seperti inilah alur nya.