Senin, 31 Desember 2012

seseorang

Jangan salah sangka ini cerita pengalamn orang kok he...

angin tolong sampaikan ada perasaan di hati ini katakan pada seseorang, aku tidak tau perasaan ini aku tidak tau apa yang harus ku katakan ada seribu pertanyaan mengapa kita bertemu mengapa kita jadian mengapa aku mengabaikanmu mengapa kamu meminta kita putus mengapa aku mengiyakannya mengapa kau katakan tidak akan membiarkan aku merayu mu lagi mengapa aku bersedih ketika melihat kau dengan yang lain mengapa kau tidak membalas setiap sapaanku cari tau apa perasaannya siapa kamu? apakah air mata ini milik mu?

Minggu, 21 Oktober 2012

kisah mengharukan lanjutan

yach dana akhirnya meninggal suatu hari sani datang ke kantor dana. "assalammu'alaikum" bu sinta yang datang langsung marah, "mau apa kau kesini" "saya ingin melihat kursi tempat dana, dan duduk sebentar" kata sani "apa keterlaluan, mengapa kau menyakiti dana" sahut bu sinta sambil mendorong sani para karyawan lain memegangi bu sinta "sudah bu tahan jangan emosi" bu sinta pun menangis pa direktur datang "ada apa ini?". sani berkata "pak tolong izinkan saya mengabulkan keinginan dana" "baiklah" kata pak direktur. lalu sani merapihkan meja dana kemudian duduk sebentar, "dan aku telah datang sesuai janjiku" kemudian sani meletakan bandul bergerak diatas meja "dan, ini benda yang sangat kau inginkan ada di meja mu" lalu sani pun menangis tidak terbendung seminggu kemudian irwan suami sani datang ke kantor dana. bu sinta langsung membentak "mau apa, apa kalian hanya mau..." "tenang bu" jawab irwan "saya datang baik-baik sani telah meninggal dia sakit setelah pulang dari kantor ini dulu saya adalah sahabat sani saya tahu hubungan dana dan sani begitu cocok tapi ada sesuatu yang menghalangi mereka dan kepercayaan mereka mulai pudar keraguan cinta mereka terus nampak. setelah kami menikah barulah nampak bahwa dana begitu sakit ditinggal sani begitu pula sani . akhirnya mereka kembali bersatu di alam sana

Kamis, 20 September 2012

cerpen mengharukan 1

"kemana yah dana kok gak datang-datang kerja,katanya sakit. oh ya itu mungkin karena MANTAN KEKASIHNYA YG KEMARIN MENIKAH". sementara itu di rumah sakit bu dian sedang melayat "knp kamu dan, mungkin terlalu cape kerja". dana berkata : "malam tadi aku bermimpi, aku bertanya jodohku siapa? dia dimana?" lalu ada suara yg menjawab : "jodohmu tdk akan kau temukan di dunia ini". "kenapa begitu?" sahutku. "karna jodohmu akan kau temukan di akhirat" "tapi ada seseorang yg sangat ku inginkan di dunia ini, apakah dia tdk akan pernah menjadi jdohku?" lalu orang itu hanya tersenyum. kembali ke rumah sakit "entahlah tubuh ini terasa begitu lemah apakah aku mampu bangun lagi" seminggu kemudian di tempat kerja, Bos dan para karyawan sedang merencanakan akan melayat dana. bos : "kapan kita akan melayat dana? wah lihat kerjaan kita numpuk, kan hanya dia yg paling rajin dan serba bisa dari pada kalian he...". para karyawan tertawa, bu sinta : "kasihan bila benar karena sani menikah dana pasti sangat sakit hati, padahal mereka sudah cocok mengapa jd begini?" ketika semua karyawan bersiap akan pergi melayat tiba-tiba telpon kantor berdering, telpon tersebut diangkat oleh bu sinta "halo apa yg ibu katakan"? bersambung ke cerpen mengharukan 2

Rabu, 29 Agustus 2012

Agnes monica - rindu

Agnes monica - rindu

cahaya matahari untuk kesehatan jasmani, cahaya sebelum fajar untuk kesehatan rohani

sudah sering kita dengar bahwa apabila kita berjemur di pagi hari maka cahaya matahari yang mengenai kulit kita akan diolah menjadi vitamin D yang baik untuk kesehatan tulang. dan ternyata ada satu cahaya yaitu sebelum terbit fajar (sebelum subuh) itu adalah untuk kesehatan rohani. orang yang selalu bangun sebelum subuh tentunya untuk beribadah akan merasakan betapa nikmatnya rohani mereka dan tentunya mereka akan merasa lebih dekat dengan tuhan. lalu bagaimana orang yang tidak pernah bangun sepertiga malam tentunya ada sesuatu yg akan kurang (tidak lengkap) dalam rohaninya.

Minggu, 26 Agustus 2012

tujuan terakhir

tujuan terakhir

generasi penerus tidak diberi kesempatan

terkadang generasi tua asyik sendiri melakukan kegiatan yang dianggap sebagai hasil jerih payah mereka, padahal disela-sela waktu itu kreatifitas generasi penerus sedang tercipta. tapi para generasi tua terus menggunakan tenaganya sampai mereka merasa lelah. ketika generasi penerus ingin melanjutkan, generasi tua ternyata belum siap melepaskan kesenangan mereka, sehingga kreatifitas generasi penerus tidak terwadahi dan mati. dan saatnya generasi tua lelah (lebih tepatnya bosan) mereka mencari-cari generasi penerus yang secara tidak sengaja mereka buang. generasi penerus hanya tertawa dan mengatakan rasakan.

cara menjawab skripsi makalah skripsi

berikut ini saya akan memberi trik cara mudah menjawab sidang skripsi jawablah semua yg ditanya oleh dosen penguji sesuai dengan pedoman buku pembuatan skripsi yang dikeluarkan pihak universitas contoh jawaban yang salah dosen : mengapa ukuran judul hurufnya kecil? mahasiswa : oh maaf pak mungkin saya salah nanti saya akan perbaiki maka dosen pun akan menilai anda tidak kompeten contoh jawaban yang benar dosen : mengapa ukuran judul hurufnya kecil mahasiswa : oh itu sesuai dengan pedoman buku dari lembaga bahwa ukuran judul harus 12 pt maka dosen pun akan takjub dengan anda jika ada hal lain yg ingin ditanya silahkan tulis di komentar mudah-mudahan membantu

Rabu, 22 Agustus 2012

Selasa, 21 Agustus 2012

wajah bersinar

Wajah bersinar

Tidak bisa dipungkiri goodlooking menentukan seseorang disukai atau tidak. Terutama bagi yang tidak mengenal. Penasmpilan adalah hal pertama yang akan membuat seseorang disukai atau tidak. Penampilan terutama wajah.
Semakin tampan atau cantik seseorang maka semakin disukai.

Hal lain yang menentukan disukai atau tidak yaitu postur tubuh. Tinggi badan dan bentuk tubuh yang ideal menjadi penentu seseorang disukai atau tidak.

Tubuh yang ideal bisa saja menutupi wajah yang tidak tampan/cantik. Dalam kata lain walau wajah pas-pasan tapi postur tubuh bagus, seolah-olah bentuk tubuh yang bagus menutupi wajah yang pas-pasan.

Sedangkan sifat seseorang menjadi nomor 2 penentu disukai atau tidak.
Melihat dari sifat ini butuh waktu yang lama sampai seseorang benar-benar mengenal.

Lalu bagaimana dengan orang yang mempunyai wajah tidak rupawan, postur tubuh yang tidak bagus, tentunya oleh orang yang baru melihat akan tidak disukai, tidak dihargai, bahkan diremehkan disepelekan.

Lalu bagaimana nasib orang seperti itu? Apakah dunia ini hanya milik orang yang rupawan? apakah dunia ini hanya berpihak pada yang bertubuh bagus?

Kalau begitu dunia ini terasa tidak adil.

jadikan wajah bersinar karena selalu beribadah kepada Alloh Ya Alloh walau pun wajah ini tidak tampan tapi jadikanlah yg melihat wajahku menjadi menyukaiku, sehingga tidak ada kebencian pada mereka



Sabtu, 28 Januari 2012

TAMAN MINI MUSEUM INDONESIA


SEJARAH SINGKAT
Museum Indonesia merupakan salah satu bangunan yang terdapat di Taman Mini Indonesia Indah yang letaknya berada di samping gedung Pusat Pengelola TMII dengan posisi menghadap arah selatan. Mulai dibangun pda tahun 1976 di atas tanah seluas 20.100 m2, sedangkan gedung utama seluas 7.000m2. Diresmikan oleh presiden Soeharto pada tanggal 20 April 1980 bertepatan dengan ulang tahun ke-5 TMII.
Pembangunan Museum Indonesia ini diprakarsai oleh Ibu Tien Soeharto, sedangkan perancang bangunannya (arsitektur) adalah Bapak Ida Bagus Tugur, putra Bali. Museum Indonesia yang megah dan sarat dengan patung-patung serta ukiran-ukiran ini dibangun dengan berpedoman kepada arsitektur tradisional Bali yang dikembangkan.
Sebelum para pengunjung masuk ke dalam gedung utama Museum Indonesia berlantai tiga ini, para pengunjung bisa menikmati bangunan-bangunan pendukung yang ada di sekitar gedung utama.
Memasuki gedung Museum Indonesia, pengunjung akan melewati sebuah bangunan yang disebut Kori Agung. Kori agung ini adalah pintu gerbang utama berbentuk candi, sehingga disebut juga Candi Kurung karena bagian ujung atas gerbang ini bertemu (melengkung) seakan-akan mengurung pintu candi. Nama lainnya adalah Padu Raksa. Tidak seluruh tamu atau pengunjung boleh melewati gerbang ini, hanya tamu tertentu saja yang diperbolehkan.
Arah sebelah barat, pengunjung juga bisa melihat sebuah bangunan yang sama dengan Candi Kurung, disebut Candi Bentar. Apabila dilihat sepintas bangunan ini memang kelihatannya sama tapi ada perbedaan pada bagian atas gerbang. Apabila pada bangunan Candi Kurung atau Kori Agung bagian atas gerbangnya bertemu seolah-olah mengurung, tidak demikian dengan Candi Bentar. Candi Bentar ini bagian atas gerbangnya tidak saling bertemu atau melengkung dan Candi Bentar ini adalah sebagai gerbang ke dua Museum Indonesia.
Pada bagian sebelah utara, terdapat juga sebuah bangunan yang disebut Candi Peletasan. Bangunan ini tidak semegah bangunan Candi Kurung dan Candi Bentar. Saat ini berfungsi sebagai pintu gerbang karyawan Museum Indonesia.
Jadi, seperti kebiasaan Pura di Bali, Museum Indonesia ini dikelilingi oleh pagar tembok dengan pintu-pintu gerbangnya yang berbentuk Candi Kurung dan Candi Bentar. Dengan demikian keberadaan Museum Indonesia ini dianggap pula sebagai sebuah pura.







SEKITAR MUSEUM INDONESIA
Sebelum pengunjung masuk ke dalam gedung Museum Indonesia, jika kita memandang sekitar halaman dari Kori Agung atau Candi Kurung, maka pengunjung bisa melihat beberapa bangunan yang kokoh dan indah. Di sebelah kanan atau arah sebelah timur, terlihat sebuah bangunan menara air atau menara angsa yang cukup tinggi. Sesuai dengan konsep pembuatannya, menara air atau menara angsa ini berbentuk bunga teratai dan bagian bawahnya dikelilingi oleh patung-patung angsa, patung-patung katak, patung atau pahatan wayang dan kolam air.
Berdasarkan makana filosofis yang ada, diyakini bahwa patung-patung tersebut memiliki arti atau lamabang, seperti :
-         Bunga teratai merupakan lambang kesucian
-         Patung angsa merupakan lambang kebijaksanaan
-         Patung katak merupakan lambang kesuburan atau kemakmuran
-         Patung atau pahatan wayang merupakan perwujudan dari bayang-bayang atau gambaran kehidupan manusia dengan berbagai karakternya yang diaktualisasikan melalui tokoh-tokoh yang ada dalam cerita Ramayana.

Masih di sebelah kanan pengunjung, terlihat beberapa bangunan yang saling berhubungan. Bangunan paling depan yang mirip sekali dengan bangunan joglo di Jawa, disebut Bale Bundar atau Balairung. Bangunan ini aslinya digunakan untuk pertemuan atau sidang kerajaan pada jaman Hindu, tetapi saat ini bangunan tersebut bisa dipergunakan oleh pengunjung untuk beristirahat atau untuk bersantai.
Di sebelah timur laut dari bangunan Bale Bundar ini terdapat bangunan yang lebih kecil yaitu Bale Kambang. Disebut Bale Kambang karena letak bangunannya berada di atas kolam seakan-akan mengambang di atas air dan bangunan ini juga bisa digunakan untuk beristirahat.
Kemudian di sebelah timur laut dari bangunan Bale Kambang ini terdapat juga sebuah bangunan yang disebut Bale Nyepi. Bangunan ini sebagaimana umumnya pada rumah-rumah di Bali, mempunyai fungsi sebagai tempat persembahyangan. Untuk mencapai Bale Kambang dan Bale Nyepi ini, pengunjung akan melalui titian batu di atas kolam yang diatur secara rapi.
Selanjutnya, apabila dari Kori Agung pengunjung memandang ke sebelah kiri atau ke arah barat, maka di sebelah gedung utama Museum Indonesia terdapat sebuah bangunan yang disebut Bale Panjang. Berfungsi sebagai tempat penyelenggaraan pertunjukan kesenian atau hiburan, tetapi saat ini bangunan tersebut digunakan untuk pameran temporal.
Di sebelah barat laut juga masih terdapat vbangunan yang dibangun agak tinggi, disebut Bale Bengong. Dari tempat inilah jaman dahulu para raja melihat-lihat keadaan sekeliling atau sekitar pura.
Ada sebuah bangunan di sebelah barat daya yang disebut Soko Tujuh. Sebenarnya bangunan ini tidak termasuk bagian dari Museum Indonesia. Bangunan ini berdiri sendiri dan kebetulan saja tempatnya berada di areal Museum Indonesia. Soko Tujuh ini diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 20 April 1981, satu tahun sesudah Museum indonesia diresmikan. Bangunannya bergaya arsitektur tradisional Jawa, dengan tiang penyangga sebanyak 7 (tujuh) buah. Tempat ini juga bisa digunakan untuk beristirahat oleh para pengunjung.
Menuju gedung utama Museum Indonesia, pengunjung akan melalui sebuah taman kecil yang di tengah-tengahnya terdapat 2 (dua) buah patung, yaitu patung Sinta Obong dan patung pasukan kera. Patung Sinta Obong yaitu patung pembuktian kesucian Sinta (isteri Rama) dengan cara dibakar. Dan patung pasukan kera adalah patung pasukan yang menyaksikan upacara pembakaran tersebut.
Kemudian pengunjung akan melewati sebuah jembatan yang disebut Jembatan Situbondo. Dalam serita Ramayana, jembatan ini dibangun oleh pasukan kera untuk menghubungkan negara Ayodhya dan Alengka Pura dimana Dewi sinta telah disembunyikan Rahwana di taman Argasoka.
Bahkan patung naga yang ada di sisi kiri dan kanan jembatan ini adalah patung naga Anantha Boga dan patung naga Basuki yang merupakan lambang dari kesejahteraan dan kebahagiaan.





















GEDUNG UTAMA
Memasuki gedung utama kita akan melihat pahatan yang indah di bagian tembok depan yang menggambarkan cerita Ramayana. Dimana pasukan kera sedang bertarung dengan pasukan raksasa untuk merebut kembali Dewi Sinta yang diculik oleh raksasa bernama Rahwana. Jika pengunjung masuk ke dalam gedung lewat pintu sebelah kanan, maka pengunjung juga disambut oleh penari Bali dengan tarian selamat datang dalam bentuk pahatan di dinding. Juga sebuah patung burung garuda atau jatayu yang terbuat dari kayu, yaitu burung yang menyaksikan penculikan Rahwana terhadap Dewi Sinta dan burung ini berusaha untuk menolong Dewi Sinta tapi akhirnya gagal dan mengakibatkan sayap burung ini menjadi patah. Burung ini adalah kendaraan dari Dewa Wisnu.
Gedung utama Museum Indonesia adalah ruangan untuk pameran tetap koleksi-koleksi yang menggambarkan kekayaan kebudayaan bangsa Indonesia. Ruang pameran tetap ini terdiri dari 3 (tiga) lantai yang masing-masing lantai mempunyai tema sendiri-sendiri.

LANTAI I : BHINNEKA TUNGGAL IKA
Pada lantai Bhinneka Tunggal Ika ini terbagi dalam 2 (dua) ruangan yaitu sebelah barat dan sebelah timur. Pada ruangan sebelah barat, pengunjung akan menyaksikan kenyataan dari ke-Bhinneka Tunggal Ika-an bangsa Indonesia, yaitu dengan dipamerkannya pakaian pengantin dan pakaian adat dari hampir seluruh propinsi yang ada di Indonesia, dalam diorama upacara perkawinan adat kebesaran bangsawan surakarta (Sala) Jawa Tengah. Patung pengantin yang lengkap dengan pakaian pengantinnya serta kerobongan atau pelaminan yang juga lengkap dengan hiasannya.
Boneka pengantin ini diapit oleh dua buah boneka pendamping uang disebut patah serta didampingi oleh dua pasang boneka, orang tua dari pengantin laki-laki dan pengantin perempuan. Dalam upacara perkawinan ini dihadiri oleh tamu-tamu dari seluruh propinsi yang datang mengenakan pakaian adat daerah masing-masing. Tidak semua pakaian adat ditampilkan dalam diorama ini karena keterbatasan tempat, jadi hanya yang mewakili setiap propinsi saja.
Selain menampilkan pakaian-pakaian adat yang ada di dalam diorama tadi, di sisi kiri dan kanan diorama juaga dipamerkan pakaian-pakaian pengantin yang mewakili setiap propinsi di Indonesia, muali dari nanggro Aceh darussalam sampai Papua. Akan tetapi bukan berarti bahwa setiap propinsi hanya mempunyai satu macam pakaian pengantin saja, bahakan setiap suku mempunyai pakaian adat dan pakaian pengantin sendiri-sendiri hanya saja seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, karena keterbatasan tempat museum ini hanya bisa menampilkan perwakilan setiap propinsi saja.
Di depan diorama upacara perkawinan ini, pengunjung dapat menyaksikan sebuah lukisan kaca yang indah yaitu lukisan Citra Indonesia. Lukisan ini merupakan ungkapan atau menggambarkan kawasan Nusantara dengan segala kekayaan alam dan budayanya. Di sini juga digambarkan keanekaragaman budaya Indonesia tapi tetap merupakan satu kesatuan yang utuh. Jadi lukisan ini dibuat dengan tujuan untuk memperkenalkan kekayaan serta keindahan alamnya serta keanekaragaman budaya dan adat istiadat bangsa Indonesia.
Lukisan Citra Indonesia atau peta kepulauan Indonesia ini diapit oleh lukisan Ular Naga di sebelah kanan dan lukisan Burung Garuda di sebelah kiri, berhadapan seolah-olah dalam keadaan siap tarung. Ular Naga dilukis agak ke bawah dengan warna kemerahan adalah perwujudan dari lambang dunia bagian bawah, seperti air, bumi serta unsur yang ada di dalamnya, dan biasa disebut Ibu Pertiwi.
Sedangkan Burung Garuda dilukis agak ke atas dengan warna agak keputih-putihan yang menonjol di antara awan, merupakan perwujudan dari lambang dunia bagian atas, seperti udara, cahaya serta unsur-unsur yang ada yang biasa disebut dengan Bapak Angkasa.
Perpaduan keduannya merupakan gambaran keseimbangan alam dimana kehidupan yang dihasilkan, berdasarkan falsafah dwi tunggal yakni adanya dua unsur kehidupan yang saling berkaitan, tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain, seperti : siang-malam, atas-bawah, kiri-kanan, barat-timur, hitam-putih dan lain sebagainya. Sifatnya berlawanan akan tetapi pada hakekatnya adalah untuk keseimbangan dalam kehidupan ini.
Yang mempunyai gagasan lukisan Citra Indonesia ini ialah Bapak Soedarmadji J.H. Damais yang kemudian dirancang oleh Bapak Drs. Wagiono dan Bapak Djodjo Gozali serta dilukis oleh pelukis kaca yaitu Bapak Rastika yang dibantu oleh Bapak Sawiah penatah wayang. Kedua-duanya berasal dari Gegesik Cirebon. Lukisan ini dibuat dengan ukuran panjang 11,5 m dan tinggi 3,15 m.
Selanjutnya pengunjung bisa menikmati koleksi yang ada di sisi sebelah timur. Di ruangan ini pengunjung disuguhi satu pergelaran wayang kulit yang sangat menarik dalam sebuah diorama. Lengkap dengan seperangkat gamelan Jawa berikut boneka-boneka penabuh dengan seragamnya. Seperti biasanya pertunjukan wayang, pertunjukan ini juga dipimpin oleh seorang dalang dalam bentuk boneka dan didampingi oleh waranggana atau pesinden. Cerita atau lakon yang sedang dimainkan diambil dari serita Mahabrata yaitu Perang Kembang / Perang Tanding antara Kesatria (Arjuna) dengan seorang raksasa (Cakil).
Seni pewayangan bukanlah monopoli masyarakat Jawa saja tapi juga di daerah lain sudah mengenal seni wayang seperti yang dipamerkan di ruanagn ini : wayang Golek dari Jawa Barat, wayang Gedok dari Yogyakarta, wayang Suluh dari Jawa Timur yang digunakan sebagai sarana informasi kepada masyarakat pada jaman Revolusi Kemerdekaan pada tahun 1944, yang kemudian baru disebar luaskan pada tahun 1947 berkaitan dengan Proklamasi Kemerdekaan pada saat itu. Juga ada wayang kulit dari Bali, wayang Wahyu dari Jawa Tengah yaitu yang  digunakan untuk menyebarkan agama Kristen pada saat itu. Wayang madya dari Cirebon, wayang Tengul dari Yogyakarta, wayang Klitik dari Yogyakarta, wayang Krucil dari Jawa Timur dan lain sebagainya. Sedangkan pengertian wayang adalah gambar atau bayang yang menunjukkan karakter manusia yang beragam. Wayang ini berfungsi sebagai sarana untuk menyampaikan pendidikan, informasi dan hiburan.
Selain pergelaran wayang, di ruangan ini juga dipamerkan bermacam-macam alat musik tradisional, seperti : gamelan Bali, Talempong dari Sumatera Barat, Kolintang dari Sulawesi Utara, Arumba (Alunan Rumpun Bambu) dari Jawa Barat, Jegog dari Bali, Sasando dari Nusa Tenggara Timur, rebab dan Kecapi dari Jawa Barat, Sitter dari Jawa Tengah dan lain sebagainya.
Semua peragaan yang ada di ruangan ini ada hubungannya dengan peragaan yang ada di sebelah barat, karena pada umumnya apabila ada upacara-upacara adat seperti perkawinan dan yang lainnya, biasanya mengadakan pertunjukan-pertunjukan kesenian seperti wayang dan yang lainnya.
LANTAI II : MANUSIA DAN LINGKUNGAN
Di lantai II ini dipamerkan bermacam-macam benda koleksi yang berkaitan dengan kehidupan manusia atau masyarakat Indonesia sehari-hari. Seperti tempat tinggal, mata pencaharian, upacara-upacara daur hidup, alat transportasi dan yang lainnya. Pada umumnya mata pencaharian, upacara-upacara daur hidup, alat transportasi dan yang lainnya. Pada umumnya mata pencaharian masyarakat di Indonesia dipengaruhi oleh keadaan alam dimana masyarakat itu tinggal, misalnya masyarakat yang tinggal di pegunungan tentu saja mata pencahariannya tidak sama dengan masyarakat yang tinggal di tepi pantai.
Seperti halnya dengan lantai I, ruangan lantai II ini juga dibagi menjadi 2 (dua) ruangan, yaitu sebelah barat dan sebelah timur. Di sebelah timur pengunjung bisa menikmati berbagai jenis miniatur rumah adat, seperti : rumah adat Nias dari Sumatera Utara, rumah adat laki-laki dari Papua (Irian Jaya), rumah adat Mentawai dari Sumatera Barat, rumah Jatinegara dari Jakarta, rumah di atas pohon dari Sulawesi, rumah mengambang dari Sumatera Selatan dan yang lainnya. Juga dipamerkan beberapa miniatur lumbung padi dari Lombok, Baduy, Timor dan sebagainya.
Untuk mewakili ruangan-ruangan dalam rumah, ditampilkan : ruang atau kamar pengantin dari Palembang  Sumatera Selatan, ruang tengah dari Jawa Tengah, dapur dari Batak Toba Sumatera Utara. Hal ini juga dilakuakn karena keterbatasan tempat. Demikian juga dengan alat-alat yang masih tradisional yang digunakan masyarakat Indonesia untuk mata pencahariannya sesuai dengan tempat dimana mereka tinggal, seperti : alat perikanan atau alat menangkap ikan, alat berburu, alat berburu, alat berladang, alat bertani dan sebagainya.
Untuk mengadakan hubungan antar kampung atau antar daerah, dibutuhkan sarana transportasi yang sifatnya mudah untuk dimiliki bahkan mudah untuk dibuat sendiri tapi bisa menjangkau daerah yang dituju. Karena transportasi yang ada pada waktu itu belum sebanyak seperti yang sekarang ini. Di lantai II ini dipamerkan beberapa alat transportasi darat dan air seperti : perahu Phinisi Nusantara, rakit, gerobak sapi, maupun andong.
Perahu Phinisi Nusantara ini ditampilkan untuk mewakili perahu sebagai alat transportasi masyarakat yang tinggal di tepi pantai. Perahu ini juga merupakan kebanggaan masyarakat Indonesia yang membuktikan bahwa nenek moyang masyarakat Indonesia itu adalah pelaut dan juga sebagai bukti bahwa Indonesia adalah negara maritim. Sedangkan rakit biasanya digunakan oleh masyarakat yang tinggal di daerah tepi sungai.
Gerobak adalah alat transportasi tradisional dengan menggunakan tenaga sapi, biasanya dua ekor, serta seorang kusir. Berfungsi untuk mengangkut hasil panen dari ladang atau sawah menuju rumah atau ke pasar. Sedangkan andong bentuknya lebih ramping dan biasanya ditarik oleh satu atau dua ekor kuda. Selain untuk mengangkut barang, alat ini juga bisa digunakan seperti alat transportasi umum, seperti mengangkut orang ke pasar, ke rumah saudara, ke sekolah bahkan ke undangan.
Batas antara ruangan sebelah timur dan barat adalah sebuah tembok berukir atau relief yang diambil dari cerita Ramayana dan Parikesit. Tembok sebelah timur menceritakan 3 (tiga) fragmen dari cerita Ramayana, yaitu :
  1. Tentang Hasta Brata, yaitu 8 (delapan) pedoman menjadi seorang pemimpin seperti : matahari, rembulan, bintang, mega mendung, bumi, lautan/samudera, api dan angin.
  2. Tentang penculikan Dewi Sinta oleh Prabu Rahwana pada waktu Sri Rahma sedang mengejar kijang kencana yang diinginkan Dewi Sinta.
  3. Tentang gugurnya Kumba Karna, adiknya Prabu Rahwana yang merupakan lambang kepahlawanan yang berjuang membela negaranya, walaupun harus melawan kakaknya sendiri yang berbuat angkara murka.
Sedangkan pahatan pada tembok sebelah barat juga terdiri dari 3 (tiga) buah fragmen yang diambil dari cerita Parikesit, yaitu :
  1. Tentang lahirnya Parikesit di dalam keraton Hastina Pura, ibunya adalah Dewi Utari isteri dari Abimanyu.
  2. Tentang pertapaan Jambetinatar, yaitu adegan ketika Begawan Pangrasadewa sedang dihadap oleh Endang Sri Tanjung (putri Raden Nakula) dan Bambang Sidapaksa (putra Raden Sadewa). Di belakangnya tampak para punakawan : Kyai Lurah Semar, Gareng dan Petruk.
  3. Tentang penobatan Parikesit menjadi raja.
Kalau benda-benda koleksi yang dipamerkan di sebelah timur semuanya serba jasmaniah, maka di sebelah barat dipamerkan benda-benda koleksi yang berkaitan dengan kepercayaan atau keyakinan (batiniah) seperti upacara-upacara daur hidup atau alur kehidupan manusia sejak sebelum lahir hingga dewasa. Disajikan dalam bentuk diorama dan dilengkapi dengan photo-photo sebagai penunjang.
Upacara-upacara adat yang dimaksud adalah :
-         Upacara Tujuh Bulan (upacara menyambut kelahiran bayi). Di beberapa daerah mempunyai kebiasaan mengadakan upacara pada saat kehamilan memasuki bulan pertama. Tetapi yang paling umum adalah saat usia kehamilan tujuh bulan, sehingga disebut dengan upacara tingkeban atau mitoni. Upacara ini bertujuan untuk menyambut kelahiran seorang bayi, agar si bayi lahir dengan selamat, cantik bila bayinya seorang perempuan dan tampan bila bayinya laki-laki.
-         Upacara Tedhak Siten (upacara sesudah lahir). Upacara yang sering dilakukan sesudah bayi lahir adalah puputan yaitu ketika tali ari-ari atau pusar bayi puput atau lepas. Dan pada saat ini juga biasanya nama si bayi diresmikan yaitu ketika si bayi berumur antara 5 (lima) sampai 15 (lima belas) hari. Disusul kemudian upacara selapanan atau mencukur rambut si bayi untuk yang pertama, yaitu ketika si bayi berusia 35-40 hari. Barulah kemudian upacara tedhak siten dilaksanakan yaitu ketika si bayi mulai menjadi anak kecil dan mulai menginjakan kakinya pertama kali ke tanah untuk mulai belajar jalan.
-         Upacara Khitanan (upacara menjelang remaja). Upacara ini dilaksanakan pada masa peralihan dari anak-anak ke remaja. Umumnya upacara ini dilakukan untuk khitanan anak laki-laki, tetapi untuk yang mewakili, di lantai II ini dipamerkan khitanan dari Sulawesi Tenggara.
-         Upacara Potong Gigi/Pasah. Upacara ini juga merupakan upacara menjelang remaja yang dapat kita temui di Bali. Adapun maknanya adalah doa dan harapan agar si anak terlepas dari pengaruh-pengaruh jahat.
-         Upacara Perkawinan (upacara masa dewasa). Upacara ini adalah upacara meninggalkan masa remaja dan memasuki hidup baru atau keluarga. Di sini ditampilakn perkawinan dari Sumatera Barat.
-         Upacara Penobatan Datuk. Ini adalah puncak alur kehidupan manusia dimana dengan upacara penobatan datuk ini berarti orang yang dinobatkan tersebut sudah terpilih menjadi tetua atau kepala adat di kelompoknya. Untuk upacara ini ditampilakan upacara penobatan datuk dari Riau.

Masih banyak upacara-upacara adat lainnya yang dilaksanakan di Indonesia, seperti :
-         Upacara Mauludan. Hampir di semua daerah menyelenggarakan upacara ini meskipun dengan tema dan cara yang berbeda-beda, misalnya di Sumatera Barat disebut dengan upacara Tabut, di Yogyakarta, Surakarta dan Cirebon disebut dengan upacara Sekaten.
-         Upacara Galungan / Kuningan dan Eka Dasa Rudra yang selalu dirayakan oleh masyarakat Hindu, khususnya di Bali.
-         Upacara Panenan, Karapan Sapi, membersihkan desa dan lain sebagainya. Tetapi karena keterbatasan tempat jugalah sehingga tidak dapat memamerkan seluruh upacara adat tersebut.
Pada umumnya dalam pelaksanaan upacara-upacara tersebut baik dalam lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat luas, selalu berpedoman pada ilmu pengetahuan tentang penanggalan yang memberi baik buruknya hari penyelenggaraan upacara tersebut. Begitu juga dengan obat-obatan tradisional, cuaca, perbintangan, silsilah, sejarah atau babad serta ilmu-ilmu lainnya, terhimpun dalam sebuah kitab yang disebut primbon.
Di lantai II ini, ada beberapa contoh bentuk tulisan primbon sesuai dengan tulisan aslinya, yaitu primbon dari Jawa, Bali, Batak, Rencong, Rejang, Bugis dan Melayu. Tulisan-tulisan tersebut tertuang dalam bermacam-macam bahan, sepeti : logam, lontar, batu, kulit kayu, bambo maupun dari bahan kertas.

LANTAI III : SENI DAN KRIYA
Lantai III ini memang menampilkan benda-benda koleksi yang merupakan hasil seni dan karya bangsa Indonesia untuk memenuhi kebutuhan secara rohaniah, sehingga akandapat dirasakan perbedaannya dengan koleksi-koleksi yang lain. Memang lantai III ini diharapkan dapat menjadi puncak dari semua pameran yang ada di gedung museum ini secara keseluruhan.
Koleksi-koleksi yang dipamerkan di lantai III ini juga terdiri dari ahsil seni rupa garapan dan seni ciptaan baru. Seni rupa garapan yaitu segala hasil daya cipta atau hasil budaya yang mempergunakan pola-pola tradisional, baik dalam motif, hiasan, bahan maupun teknik pembuatannya. Sedangkan seni ciptaan baru yaitu hasil karya yang telah menggunakan bahan, motif hiasan serta teknik pembuatannya sudah diselaraskan dengan keinginan/kehendak si pembuat.
Untuk mewakili kelompok hasil seni rupa garapan, diperagakan bermacam-macam batik tradisional, tenun tradisional, perhiasan-perhiasan, senjata tradisional, kerajinan ukir-ukiran di atas kayu, keramik dan sebagainya. Dan untuk mewakili hasil seni ciptaan baru, diperagakan batik dan tenun modern, baik dari cara pembuatannya, bahan maupun fungsi atau kegunaannya sudah lebih modern. Juga dipamerkan berbagai macam keramik, ukiran ataupun anyaman.
Begitu para pengunjung menginjakan kakinya di lantai III, terlihat sebuah kriya berbentuk pohon yang sangat besar, disebut Pohon Hayat atau Pohon Kehidupan. Pohon Hayat ini termasuk hasil seni ciptaan baru. Untuk daerah lain juga mengenal pohon sejenis meskipun nama atau istilahnya berbeda di setiap daerah, seperti : pohon Ara untuk daerah lampung, pohon Kalpataru untuk daerah Jawa, Kayon atau Kakayon untuk daerah Bali, Kaharingan untuk daerah Kalimantan dan sementara untuk dunia pewayangan dikenal dengan Gunungan. Tetapi meskipun nama dari setiap daerah ini berbeda, makna yang terkandung di dalamnya tetap sama yaitu pohon Kehidupan.
Pohon hayat merupakan lambang kehidupan manusia beserta seluruh kebudayaannya yang senantiasa berkembang sejak manusia lahir sampai akhir hayatnya dengan kata lain bahwa manusia itu akan terus berkembang, beranak cucu. Demikian juga dengan pohon kehidupan itu, meskipun pokok atau dahannya sudah tumbang tetapi masih terus berkembang lewat biji atau daun bahkan lewat rantingnya. Kebudayaan yang ditinggalkan oleh nenek moyang kita juga masih terus berkembang karena masih dilestarikan oleh generasi-generasi penerusnya.
Selaras dengan falsafah pohon hayat yang mempunyai semangat nunggak semi yang artinya patah tumbuh hilang berganti. Maka pohon hayat ciptaan generasi baru ini menyandang pesan dan semangat baru tetapi tetap berpijak dan bersumber pada nilai-nilai luhur budaya dan kepribadian bangsa yang berfalsafah Pancasila.
Adapun ide untuk membuat Pohon Hayat ini adalah Bapak Soedarmadji J.H. Damais serta dituangkan dalam benruk rancangan oleh Bapak Drs. Soenaryo dibantu oleh mahasiswa-mahasiswa ITB sebagai pelaksana pembuatannya yang dipimpin oleh Bapak Bud Mochtar sebagai dosen senior. Phon Hayat ini adalah sumbangan PT. Bentoel Malang.
Adapun bahan yang dipergunakan untuk pembuatan pohon ini adalah tembaga, dengan memakai teknik cor dan dilas. Tingginya 8 meter, garis tengah 4 meter serta mempunyai 8 cabang atau bilah yang menghadap ke delapan arah penjuru angin. Burung Garuda yang berada di sebelah atas melambangkan dunia atas atau Bapak Angkasa dan Naga yang berada di sebelah bawah melambangkan dunia bawah atau Ibu Pertiwi. Terdapat juga binatang-binatang lainnya yang merupakan lambang dari kehidupan dan kekayaan yang ada di alam semesta ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan kepada pengunjung yang memerlukan informasi tentang Museum Indonesia, semoga dapat dipergunakan dan dapat dijadikan sebagai panduan bagi para pengunjung Museum Indonesia pada umumnya dan kepada para pelajar khususnya.












SEKILAS MUSEUM MIGAS GRAHA WIDYA PATRA – TMII

Gagasan dan rancangan induk pembangunan museum Migas disetujui oleh Presiden Republik Indonesia pada acara konvensi Indonesian Petroleum Assosiation ke XIV pada tanggal 8 Oktober 1985 bertepatan dengan  peringatan 100 tahun kegiatan usaha pertambangan minyak dan gas bumi (Migas) di Indonesia.

AWAL PENEMUAN DAN PEMANFAATAN MINYAK BUMI DI INDONESIA
Perintis industri perminyakan di Indonesia adalah Aeilko Jans Ziijlker yang menemukan dan memproduksi minyak secara komersial pertama kali tanggal 15 Juni 1885, dari sebuah sumur minyak bernama Telaga Tunggal I, kira-kira 10 kilometer dari Pangkalan Brandan, Sumatera Utara. Penemuan minyak bumi di Indonesia ini hanya berbeda selama 26 tahun setelah Kolonel Drake menemukan minyak bumi di Pennsylvania, Amerika Serikat pada tahun 1859.

TERBENTUKNYA MINYAK DAN GAS BUMI
Para ilmuan berpendapat bahwa teori yang menyatakan bahwa migas terjadi dari bahan-bahan organik merupakan teori yang paling banyak diyakini.















MUSEUM TELEKOMUNIKASI

Sejarah Museum Telekomunikasi
Tahun 1986
Saat gedung kantor pusat PERUMTEL di Jl. Japati Bandung sedang dibangun, timbul ide untuk meletakan barang-barang dokumentasi telekomunikasi di lantai dasar gedung tersebut untuk dipamerkan. Ide ini kemudian berkembang, karena para pimpinan PERUMTEL pada saat itu menghendaki agar barang-barang tersebut dapat dinikmati oleh masyarakat umum dalam sebuah museum yang representatif.

Tahun 1987
Dibentuk tim untuk mengkaji banding permuseuman ke USA, Jepang dan beberapa negara Eropa lainnya. Tim ini kemudian membuat proposal lengkap dengan maket bangunan

25 Juli 1986
Menparpostel Soesilo Soedarman melalui Surat Kepetusan Menteri Nomor KM49/KP403/MPPT-88 menunjuk Ir. Willy Moenandir sebagai Kepala Proyek Pembangunan Museum Telekomunikasi.

27 September 1989
Peletakan batu pertama tanda dimulainya pembangunan fisik gedung oleh MENPARPOSTEL Soesilo Soedarman. Luas tanah yang dialokasikan Taman Mini Indonesia Indah sebanyak 2.36 Ha. Bangunan induk yang berfungsi sebagai ruang pameran seluas 4.872,8 M2.

20 April 1991
Peresmian Gedung Museum Telekomunikasi oleh Presiden RI Bapak Soeharto.

Alat Komunikasi Masa Lalu
Pra Elektrik           : Kentongan dan Semaphone
Elektrik                  : Pesawat Telepon Manual dan Pesawat Telegraph Morse

Alat Komunikasi Masa Kini
Analog                      : Jaringan Telekomunikasi Nasional, Sentral Telepon Otomat Analog, Teleprinter, Satelit Palapa, Peluncuran Palapa B2R dan SKI (Sistem Komunikasi Indonesia)

Alat Komunikasi Masa Depan
Sistem Komunikasi Iridium, Konfigurasi Cyber-Net dan Pesawat Video Phone

Alur Kunjungan/Kronologis Peragaan Materi Pameran
Untuk melihat pameran secara utuh dan berurutan, pengunjung dapat memulainnya dari lantai IV (Zona I) setahap demi setahap menuju lantai I (Zona VI). Dari alat komunikasi pra Elektrik, Elektrik sampai dengan alat komunikasi modern, ada tersimpan di Museum Telekomunikasi Indonesia.
Pada lantai IV  terdapat galeri introduksi yang menampilakn materi peraga : panel misi dan visi MUSTEL TMII, panel tujuan MUSTEL TMII, panel filosofi gedung MUSTEL TMII, panel pengertian dasar dan komunikasi dan telekomunikasi. Juga terdapat galeri konvensional yang menampilkan materi peraga : pra elektrik, penel komunikasi tradisional, peragaan alat komunikasi bunyi-bunyian (pukul, tiup) peragaan alat komunikasi isyarat (semaphone).
Pada lantai II menampilakn materi peraga : elektrik, simulasi telegraph morse, simulasi sentral telephon manual, diorama pemancar perjuangan dan YBJ-6.
Pada lantai III terdapat galeri modern yang menampilkan materi peraga : analog, simulasi sentral teleprinter TW-39, simulasi sentral telephon otomat, analog maket jarinagn telekomunikasi nasional, maket SKGM dan hambur tropos.
Pada lantai I menampilkan materi peraga : digital, panel konfigurasi STKB, konvensional dan STKB cellular, konfigurasi rural telekomunikasi, panel ISDN (Integrate System Digital Network), simulasi internet dan pasopati (Multimedia), simulasi STDI-K, sampel produk T. Inti, panel konfigurasi system komunikasi internasional (SKI), maket geo stationary orbit (GSO), simulasi video tex, panel miniatur intelsat dan inmarsat, diorama stasiun pengendali, utama SKSD cibinong, miniatur generasi satelit palapa & satelit telkom I, panel satelit domestik, maket stasiun bumi kecil dan miniatur roket peluncur.
Pada lantai I juga terdapat galeri Futuristik yang menampilakn materi peraga : simulasi pesawat videophone, jenis & model V-phone cellular, panel konfigurasi cyber net dan system sateli iridium.

Manfaat Museum Telekomunikasi
Tujuan didirikannya Museum Telekomunikasi
Museum Telekomunikasi sebagai pusat informasi teknologi telekomunikasi dan merupakan monumen yang bersifat dinamis, yang bertujuan untuk memberikan gambaran tentang :
-         Perkembangan Teknologi pertelekomunikasian Indonesia.
-         Peranan Telekomunikasi dalam menunjang perjuangan dan pembangunan bangsa.
-         Keberhasilan pembangunan di bidang telekomunikasi dalam rangka pembangunan nasional dan peran sertanya mewujudkan Wawasan Nusantara.

Berbagai aspek yang ingin dicapai
a.       Aspek sejarah
Menginformasikan tentang sejarah perkembangan pertelekomunikasian di Indonesia dan mewariskan kepada generasi muda atas nilai kejuangan keperansertaan insan pertelekomunikasian di Indonesia pada :
-         Masa pra kemerdekaan
-         Masa perang kemerdekaan
-         Masa awal kemerdekaan
-         Masa orde baru
-         Masa depan telekomunikasi dunia
b.       Aspek pendidikan/penelitian
Memberikan layanan pemanduan pada semua pihak yang akan melakukan penelitian dan pendidikan di bidang telekomunikasi
c.        Aspek teknologi
Memberikan gambaran kepada masyarakat luas tentang perkembangan teknologi Indonesia
d.       Apek pengembangan pariwisata
Dengan menyatunya lokasi Museum Telekomunikasi di pusat wisata Taman Mini Indonesia Indah diharapkan Museum Telekomunikasi di Indonesia dapat berperan serta dalam pengmbangan pariwisata dalam paket sajian secara customer educationnya.
e.        Aspek promosi
Memberikan layanan promosi produk barang/ jasa telekomunikasi dalam kegiatan edutainmentnya.
Fasilitas penunjang
-         Lapangan terbuka hijau
-         Ruang teatre
-         Ruang rapat
-         Panggung/Demo

Entri yang Diunggulkan

Bismillah mulai lagi di tahun 2025

 Apakah kecerdasan AI seperti chat GPT mengambil sumber dari blog?