1. SISTEM KEPERCAYAAN ORANG SUNDA
Hampir semua orang
Sunda beragama Islam. Hanya sebagian kecil yang tidak beragama Islam,
diantaranya orang-orang Baduy yang tinggal di Banten Tetapi juga ada yang
beragama Katolik, Kristen, Hindu, Budha. Selatan. Praktek-praktek sinkretisme
dan mistik masih dilakukan. Pada dasarnya seluruh kehidupan orang Sunda
ditujukan untuk memelihara keseimbangan alam semesta.Keseimbangan magis
dipertahankan dengan upacara-upacara adat, sedangkan keseimbangan sosial
dipertahankan dengan kegiatan saling memberi (gotong royong). Hal yang menarik
dalam kepercayaan Sunda, adalah lakon pantun Lutung Kasarung, salah satu tokoh
budaya mereka, yang percaya adanya Allah yang Tunggal (Guriang Tunggal) yang
menitiskan sebagian kecil diriNya ke dalam dunia untuk memelihara
kehidupan manusia (titisan Allah ini disebut Dewata). Ini mungkin bisa
menjadi jembatan untuk mengkomunikasikan Kabar Baik kepada mereka.
2. MATA PENCAHARIAN ORANG SUNDA
Suku Sunda umumnya
hidup bercocok tanam. Kebanyakan tidak suka merantau atauhidup berpisah dengan
orang-orang sekerabatnya. Kebutuhan orang Sunda terutama adalah hal
meningkatkan taraf hidup. Menurut data dari Bappenas (kliping Desember 1993) di
Jawa Barat terdapat 75% desa miskin. Secara umum kemiskinan di Jawa Barat
disebabkan oleh kelangkaan sumber daya manusia. Maka yang dibutuhkan adalah
pengembangan sumber daya manusia yang berupa pendidikan, pembinaan, dll.
3. KESENIAN
KIRAB HELARAN
Kirap helaran atau
yang disebut sisingaan adalah suatu jenis kesenian tradisional atau seni
pertunjukan rakyat yang dilakukan dengan arak-arakan dalam bentuk helaran.
Pertunjukannya biasa ditampilkan pada acara khitanan atau acara-acara khusus
seperti ; menyambut tamu, hiburan peresmian, kegiatan HUT Kemerdekaan RI dan
kegiatan hari-hari besar lainnya. Seperti yang diikuti ratusan orang dari
perwakilan seluruh kelurahan di Cimahi, yang berupa arak-arakan yang pernah
digelar pada saat Hari Jadi ke-6 Kota Cimahi. Kirap ini yang bertolak dari
Alun-alun Kota Cimahi menuju kawasan perkantoran Pemkot Cimahi, Jln. Rd. Demang
Hardjakusumah itu, diikuti oleh kelompok-kelompok masyarakat yang menyajikan
seni budaya Sunda, seperti sisingaan, gotong gagak, kendang rampak, calung,
engrang, reog, barongsai, dan klub motor.
KARYA SASTRADi
bawah ini disajikan daftar karya sastra dalam bahasa Jawa yang berasal dari
daerah kebudayaan Sunda. Daftar ini tidak lengkap, apabila para pembaca
mengenal karya sastra lainnya dalam bahasa Jawa namun berasal dari daerah
Sunda,
1.
Babad Cerbon
2.
Cariosan Prabu Siliwangi
3.
Carita Ratu Galuh
4.
Carita Purwaka Caruban Nagari
5.
Carita Waruga Guru
6.
Kitab Waruga Jagat
7.
Layang Syekh Gawaran
8. Pustaka Raja Purwa
9.
Sajarah Banten
10. Suluk Wuyung Aya
11. Wahosan Tumpawarang
12. Wawacan Angling Darma
13. Wawacan Syekh Baginda
Mardan
14. Kitab Pramayoga/jipta
Sara
PENCAK SIALAT CIKALONG
Pencak silat Cikalong
tumbuh dikenal dan menyebar, penduduk tempatan menyebutnya “Maempo Cikalong”.
Khususnya di Jawa Barat dan diseluruh Nusantara pada umumnya, hampir seluruh
perguruan pencak silat melengkapi teknik perguruannya dengan aliran ini.
Daerah Cianjur sudah sejak dahulu terkenal sebagai daerah pengembangan kebudayaan Sunda seperti; musik kecapi suling Cianjuran, klompen cianjuran, pakaian moda Cianjuran yang sampai kini dipergunakan dll.
Daerah Cianjur sudah sejak dahulu terkenal sebagai daerah pengembangan kebudayaan Sunda seperti; musik kecapi suling Cianjuran, klompen cianjuran, pakaian moda Cianjuran yang sampai kini dipergunakan dll.
SENI TARI
a. TARI JAIPONGAN
Tanah Sunda (Priangan)
dikenal memiliki aneka budaya yang unik dan menarik, Jaipongan adalah salah
satu seni budaya yang terkenal dari daerah ini. Jaipongan atau Tari Jaipong
sebetulnya merupakan tarian yang sudah moderen karena merupakan modifikasi atau
pengembangan dari tari tradisional khas Sunda yaituKetuk Tilu.Tari Jaipong ini dibawakan dengan iringan
musik yang khas pula, yaituDegung. Musik ini merupakan kumpulan beragam alat musik seperti
Kendang, Go’ong, Saron, Kacapi, dsb. Degung bisa diibaratkan ‘Orkestra’ dalam
musik Eropa/Amerika. Ciri khas dari Tari Jaipong ini adalah musiknya yang
menghentak, dimana alat musik kendang terdengar paling menonjol selama
mengiringi tarian. Tarian ini biasanya dibawakan oleh seorang, berpasangan atau
berkelompok. Sebagai tarian yang menarik, Jaipong sering dipentaskan pada
acara-acara hiburan, selamatan atau pesta pernikahan.
b. TARI MERAK
c. TARI TOPENG
SENI MUSIK DAN SUARA
Selain seni tari,
tanah Sunda juga terkenal dengan seni suaranya. Dalam memainkan Degung biasanya ada seorang penyanyi yang membawakan
lagu-lagu Sunda dengan nada dan alunan yang khas. Penyanyi ini biasanya seorang
wanita yang dinamakan Sinden. Tidak sembarangan orang dapat menyanyikan lagu
yang dibawakan Sindenkarena nada dan ritme-nya cukup sulit untuk ditiru dan
dipelajari.Dibawah ini salah salah satu musik/lagu daerah Sunda :
1.
Bubuy Bulan
2.
Es Lilin
3.
Manuk Dadali
4.
Tokecang
5.
Warung Pojok
WAYANG GOLEK
Jepang boleh terkenal
dengan ‘Boneka Jepangnya’, maka tanah Sunda terkenal dengan kesenian Wayang
Golek-nya. Wayang Golek adalah pementasan sandiwara boneka yang terbuat dari
kayu dan dimainkan oleh seorang sutradara merangkap pengisi suara yang disebut
Dalang. Seorang Dalang
memiliki keahlian dalam menirukan berbagai suara manusia. Seperti halnya
Jaipong, pementasan Wayang Golek diiringi musik Degung lengkap dengan
Sindennya. Wayang Golek biasanya dipentaskan pada acara hiburan, pesta
pernikahan atau acara lainnya. Waktu pementasannya pun unik, yaitu pada malam
hari (biasanya semalam suntuk) dimulai sekitar pukul 20.00 – 21.00 hingga pukul
04.00 pagi. Cerita yang dibawakan berkisar pada pergulatan antara kebaikan dan
kejahatan (tokoh baik melawan tokoh jahat). Ceritanya banyak diilhami oleh
budaya Hindu dari India, seperti Ramayana atau Perang Baratayudha. Tokoh-tokoh
dalam cerita mengambil nama-nama dari tanah India.Dalam Wayang Golek, ada
‘tokoh’ yang sangat dinantikan pementasannya yaitu kelompok yang dinamakan
Purnakawan, seperti Dawala dan Cepot. Tokoh-tokoh
ini digemari karena mereka merupakan tokoh yang selalu memerankan peran lucu
(seperti pelawak) dan sering memancing gelak tawa penonton. Seorang Dalang yang
pintar akan memainkan tokoh tersebut dengan variasi yang sangat menarik.
ALAT MUSIK
1. Calung adalah alat musik Sunda yang merupakan
prototipe dari angklung. Berbeda dengan angklung yang dimainkan dengan cara
digoyangkan, cara menabuh calung adalah dengan mepukul batang (wilahan, bilah)
dari ruas-ruas (tabung bambu) yang tersusun menurut titi laras (tangga nada)
pentatonik (da-mi-na-ti-la). Jenis bambu untuk pembuatan calung kebanyakan dari
awi wulung (bambu hitam), namun ada pula yang dibuat dari awi temen (bambu yang
berwarna putih).
2. Angklung adalah sebuah alat atau waditra kesenian yang
terbuat dari bambu khusus yang ditemukan oleh Bapak Daeng Sutigna sekitar tahun
1938. Ketika awal penggunaannya angklung masih sebatas kepentingan kesenian
local atau tradisional
3. KETUK
TILU Ketuk Tilu adalah
suatu tarian pergaulan dan sekaligus hiburan yang biasanya diselenggarakan pada
acara pesta perkawinan, acara hiburan penutup kegiatan atau diselenggrakan
secara khusus di suatu tempat yang cukup luas. Pemunculan tari ini di
masyarakat tidak ada kaitannya dengan adat tertentu atau upacara sakral
tertentu tapi murni sebagai pertunjukan hiburan dan pergaulan. Oleh karena itu
tari ketuk tilu ini banyak disukai masyarakat terutama di pedesaan yang jarang
kegiatan hiburan.
4. SENI
BANGRENG Seni Bangreng adalah
pengembangan dari seni “Terbang” dan “Ronggeng”. Seni terbang itu sendiri
merupakan kesenian yang menggunakan “Terbang”, yaitu semacam rebana tetapi
besarnya tiga kali dari alat rebana. Dimainkan oleh lima pemain dan dua orang
penabu gendang besar dan kecil.
5. RENGKONG Rengkong adalah salah satu kesenian
tradisional yang diwariskan oleh leluhur masyarakat Sunda. Muncul sekitar tahun
1964 di daerah Kabupaten Cianjur dan orang yang pertama kali memunculkan dan
mempopulerkannya adalah H. Sopjan. Bentuk kesenian ini sudah diambil dari tata
cara masyarakat sunda dahulu ketika menanam padi sampai dengan menuainya
6. KUDA
RENGGONG Kuda Renggong atau
Kuda Depok ialah salah satu jenis kesenian helaran yang terdapat di Kabupaten
Sumedang, Majalengka dan Karawang. Cara penyajiannya yaitu, seekor kuda atau
lebih di hias warna-warni, budak sunat dinaikkan ke atas punggung kuda
tersebut, Budak sunat tersebut dihias seperti seorang Raja atau Satria, bisa
pula meniru pakaian para Dalem Baheula, memakai Bendo, takwa dan pakai kain
serta selop.
7. KECAPI
SULING Kacapi Suling adalah
salah satu jenis kesenian Sunda yang memadukan suara alunan Suling dengan
Kacapi (kecapi), iramanya sangat merdu yang biasanya diiringi oleh mamaos
(tembang) Sunda yang memerlukan cengkok/ alunan tingkat tinggi khas Sunda.
Kacapi Suling berkembang pesat di daerah Cianjur dan kemudian menyebar
kepenjuru Parahiangan Jawa Barat dan seluruh dunia.
4. SISTEM KEKERABATAN
Sistem keluarga dalam
suku Sunda bersifat parental, garis keturunan ditarik dari pihak ayah dan ibu
bersama. Dalam keluarga Sunda, ayah yang bertindak sebagai kepala keluarga.
Ikatan kekeluargaan yang kuat dan peranan agama Islam yang sangat mempengaruhi
adat istiadat mewarnai seluruh sendi kehidupan suku Sunda.Dalam suku Sunda
dikenal adanya pancakaki yaitu sebagai istilah-istilah untuk menunjukkan hubungan kekerabatan.
Dicontohkannya, pertama, saudara yang berhubungan langsung, ke bawah, dan
vertikal. Yaitu anak, incu (cucu), buyut (piut), bao, canggahwareng atau janggawareng, udeg-udeg, kaitsiwur atau gantungsiwur. Kedua, saudara yang berhubungan tidak langsung
dan horizontal seperti anak paman, bibi, atau uwak, anak saudara kakek atau
nenek, anak saudara piut.
Ketiga, saudara yang berhubungan tidak langsung dan langsung serta vertikal
seperti keponakan anak kakak, keponakan anak adik, dan seterusnya. Dalam bahasa
Sunda dikenal pula kosa kata sajarah dan sarsilah (salsilah, silsilah) yang maknanya kurang lebih sama dengan kosa
kata sejarah dan silsilah dalam bahasa Indonesia. Makna sajarah adalah susun galur/garis keturunan.
5. BAHASA
Bahasa yang digunakan
oleh suku ini adalah bahasa Sunda. Bahasa Sunda adalah bahasa yang diciptakan
dan digunakan sebagai alat komunikasi oleh Suku Sunda, dan sebagai alat
pengembang serta pendukung kebudayaan Sunda itu sendiri. Selain itu bahasa
Sunda merupakan bagian dari budaya yang memberi karakter yang khas sebagai
identitas Suku Sunda yang merupakan salah satu Suku dari beberapa Suku yang ada
di Indonesia.
6. ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI
Masalah pendidikan dan
teknologi di dalam masyarakat suku Sunda sudah bisa dibilang berkembang
baik.Ini terlihat dari peran dari pemerintah Jawa Barat. Pemerintah Jawa Barat
memiliki tugas dalam memberikan pelayanan pembangunan pendidikan bagi warganya,
sebagai hak warga yang harus dipenuhi dalam pelayanan pemerintahan. Visi
Pemerintah Jawa Barat, yakni “Dengan Iman dan Takwa Jawa Barat sebagai Provinsi
Termaju di Indonesia dan Mitra Terdepan Ibukota Negara Tahun 2010″ merupakan
kehendak, harapan, komitmen yang menjadi arah kolektif pemerintah bersama
seluruh warga Jawa Barat dalam mencapai tujuan pembangunannya.
Pembangunan pendidikan
merupakan salah satu bagian yang sangat vital dan fundamental untuk mendukung
upaya-upaya pembangunan Jawa Barat di bidang lainnya. Pembangunan pendidikan
merupakan dasar bagi pembangunan lainnya, mengingat secara hakiki upaya
pembangunan pendidikan adalah membangun potensi manusia yang kelak akan menjadi
pelaku pembangunan.
Dalam setiap upaya
pembangunan, maka penting untuk senantiasa mempertimbangkan karakteristik dan
potensi setempat. Dalam konteks ini, masyarakat Jawa Barat yang mayoritas suku
Sunda memiliki potensi, budaya dan karakteristik tersendiri. Secara
sosiologis-antropologis, falsafah kehidupan masyarakat Jawa Barat yang telah
diakui memiliki makna mendalam adalah cageur, bageur, bener, pinter, tur singer. Dalam kaitan ini, filosofi tersebut harus
dijadikan pedoman dalam mengimplementasikan setiap rencana pembangunan,
termasuk di bidang pendidikan. Cageur mengandung makna sehat jasmani dan rohani. Bageur berperilaku baik, sopan santun, ramah, bertata
krama. Bener yaitu jujur, amanah, penyayang dan takwa. Pinter, memiliki ilmu pengetahuan. Singer artinya kreatif dan inovatif.Sebagai sebuah
upaya mewujudkan pembangunan pendidikan berfalsafahkan cageur,
bageur, bener, pinter, tur singer tersebut, ditempuh pendekatan social cultural heritage approach. Melalui pendekatan ini diharapkan akan lahir
peran aktif masyarakat dalam menyukseskan program pembangunan pendidikan yang
digulirkan pemerintah
7. ADAT ISTIADAT
UPACARA ADAT PERKAWINAN SUKU SUNDA
Adat Sunda merupakan
salah satu pilihan calon mempelai yang ingin merayakan pesta pernikahannya.
Khususnya mempelai yang berasal dari Sunda. Adapun rangkaian acaranya dapat
dilihat berikut ini.
1.
Nendeun Omong, yaitu pembicaraan orang tua atau utusan pihak
pria yang berminat mempersunting seorang gadis.
2.
Lamaran. Dilaksanakan orang tua calon pengantin beserta keluarga
dekat. Disertai seseorang berusia lanjut sebagai pemimpin upacara. Bawa
lamareun atau sirih pinang komplit, uang, seperangkat pakaian wanita sebagai
pameungkeut (pengikat). Cincin tidak mutlak harus dibawa. Jika dibawa, bisanya
berupa cincing meneng, melambangkan kemantapan dan keabadian.
3.
Tunangan. Dilakukan ‘patuker beubeur tameuh’, yaitu penyerahan
ikat pinggang warna pelangi atau polos kepada si gadis.
4.
Seserahan (3 – 7 hari sebelum pernikahan). Calon pengantin pria
membawa uang, pakaian, perabot rumah tangga, perabot dapur, makanan, dan
lain-lain.
5.
Ngeuyeuk seureuh (opsional, Jika ngeuyeuk seureuh tidak
dilakukan, maka seserahan dilaksanakan sesaat sebelum akad nikah.)
o Dipimpin pengeuyeuk.
o Pengeuyek mewejang
kedua calon pengantin agar meminta ijin dan doa restu kepada kedua orang tua
serta memberikan nasehat melalui lambang-lambang atau benda yang disediakan
berupa parawanten, pangradinan dan sebagainya.
o Diiringi lagu kidung
oleh pangeuyeuk
o Disawer beras, agar
hidup sejahtera.
o dikeprak dengan sapu
lidi disertai nasehat agar memupuk kasih sayang dan giat bekerja.
o Membuka kain putih
penutup pengeuyeuk. Melambangkan rumah tangga yang akan dibina masih bersih dan
belum ternoda.
o Membelah mayang jambe
dan buah pinang (oleh calon pengantin pria). Bermakna agar keduanya saling
mengasihi dan dapat menyesuaikan diri.
o Menumbukkan alu ke
dalam lumpang sebanyak tiga kali (oleh calon pengantin pria).
6.
Membuat lungkun. Dua lembar sirih bertangkai saling dihadapkan.
Digulung menjadi satu memanjang. Diikat dengan benang kanteh. Diikuti kedua
orang tua dan para tamu yang hadir. Maknanya, agar kelak rejeki yang diperoleh
bila berlebihan dapat dibagikan kepada saudara dan handai taulan.
7.
Berebut uang di bawah tikar sambil disawer. Melambangkan
berlomba mencari rejeki dan disayang keluarga.
8. Upacara Prosesi
Pernikahan
o Penjemputan calon
pengantin pria, oleh utusan dari pihak wanita
o Ngabageakeun, ibu
calon pengantin wanita menyambut dengan pengalungan bunga melati kepada calon
pengantin pria, kemudian diapit oleh kedua orang tua calon pengantin wanita
untuk masuk menuju pelaminan.
o Akad nikah, petugas
KUA, para saksi, pengantin pria sudah berada di tempat nikah. Kedua orang tua
menjemput pengantin wanita dari kamar, lalu didudukkan di sebelah kiri
pengantin pria dan dikerudungi dengan tiung panjang, yang berarti penyatuan dua
insan yang masih murni. Kerudung baru dibuka saat kedua mempelai akan
menandatangani surat nikah.
o Sungkeman,
o Wejangan, oleh ayah
pengantin wanita atau keluarganya.
o Saweran, kedua
pengantin didudukkan di kursi. Sambil penyaweran, pantun sawer dinyanyikan.
Pantun berisi petuah utusan orang tua pengantin wanita. Kedua pengantin
dipayungi payung besar diselingi taburan beras kuning atau kunyit ke atas
payung.
o Meuleum harupat,
pengantin wanita menyalakan harupat dengan lilin. Harupat disiram pengantin
wanita dengan kendi air. Lantas harupat dipatahkan pengantin pria.
o Nincak endog,
pengantin pria menginjak telur dan elekan sampai pecah. Lantas kakinya dicuci
dengan air bunga dan dilap pengantin wanita.
Buka pintu. Diawali
mengetuk pintu tiga kali. Diadakan tanya jawab dengan pantun bersahutan dari
dalam dan luar pintu rumah. Setelah kalimat syahadat dibacakan, pintu dibuka.
Pengantin masuk menuju pelaminan
B. MASALAH SOSIAL DALAM MASYARAKAT SUKU SUNDA
Kebudayaan Sunda
termasuk salah satu kebudayaan suku bangsa di Indonesia yang berusia tua.
Bahkan, dibandingkan dengan kebudayaan Jawa sekalipun, kebudayaan Sunda
sebenarnya termasuk kebudayaan yang berusia relatif lebih tua, setidaknya dalam
hal pengenalan terhadap budaya tulis. “Kegemilangan” kebudayaan Sunda di masa
lalu, khususnya semasa Kerajaan Tarumanegara dan Kerajaan Sunda, dalam
perkembangannya kemudian seringkali dijadikan acuan dalam memetakan apa yang
dinamakan kebudayaan Sunda. Dalam perkembangannya kebudayaan Sunda kini seperti
sedang kehilangan ruhnya kemampuan beradaptasi, kemampuan mobilitas, kemampuan
tumbuh dan berkembang, serta kemampuan regenerasi. Kemampuan beradaptasi
kebudayaan Sunda, terutama dalam merespons berbagai tantangan yang muncul, baik
dari dalam maupun dari luar, dapat dikatakan memperlihatkan tampilan yang
kurang begitu menggembirakan. Bahkan, kebudayaan Sunda seperti tidak memiliki
daya hidup manakala berhadapan dengan tantangan dari luar. Akibatnya, tidaklah
mengherankan bila semakin lama semakin banyak unsur kebudayaan Sunda yang
tergilas oleh kebudayaan asing. Sebagai contoh paling jelas, bahasa Sunda yang
merupakan bahasa komunitas orang Sunda tampak semakin jarang digunakan oleh
pemiliknya sendiri, khususnya para generasi muda Sunda. Lebih memprihatinkan
lagi, menggunakan bahasa Sunda dalam komunikasi sehari-hari terkadang
diidentikkan dengan “keterbelakangan”, untuk tidak mengatakan primitif. Akibatnya,
timbul rasa gengsi pada orang Sunda untuk menggunakan bahasa Sunda dalam
pergaulannya sehari-hari. Bahkan, rasa “gengsi” ini terkadang ditemukan pula
pada mereka yang sebenarnya merupakan pakar di bidang bahasa Sunda, termasuk
untuk sekadar mengakui bahwa dirinya adalah pakar atau berlatar belakang
keahlian di bidang bahasa Sunda.
Adanya kondisi yang
menunjukkan lemahnya daya hidup dan mutu hidup kebudayaan Sunda disebabkan
karena ketidakjelasan strategi dalam mengembangkan kebudayaan Sunda serta lemahnya
tradisi, baca, tulis , dan lisan (baca, berbeda pendapat) di kalangan komunitas
Sunda. Ketidakjelasan strategi kebudayaan yang benar dan tahan uji dalam
mengembangkan kebudayaan Sunda tampak dari tidak adanya “pegangan bersama” yang
lahir dari suatu proses yang mengedepankan prinsip-prinsip keadilan tentang
upaya melestarikan dan mengembangkan secara lebih berkualitas kebudayaan Sunda.
Apalagi jika kita menengok sekarang ini kebudayaan Sunda dihadapkan pada
pengaruh budaya luar. Jika kita tidak pandai- pandai dalam memanajemen masuknya
budaya luar maka kebudayaan Sunda ini lama kelamaan akan luntur bersama waktu.
Berbagai unsur
kebudayaan Sunda yang sebenarnya sangat potensial untuk dikembangkan, bahkan
untuk dijadikan model kebudayaan nasional dan kebudayaan dunia tampak tidak
mendapat sentuhan yang memadai. Ambillah contoh, berbagai makanan tradisional
yang dimiliki orang Sunda, mulai dari
bajigur, bandrek, surabi, colenak, wajit, borondong, kolontong, ranginang,
opak, hingga ubi cilembu, apakah ada strategi besar dari pemerintah untuk
mengemasnya dengan lebih bertanggung jawab agar bisa diterima komunitas yang
lebih luas. Lemahnya budaya baca, tulis, dan lisan ditengarai juga menjadi
penyebab lemahnya daya hidup dan mutu hidup kebudayaan Sunda. Lemahnya budaya
baca telah menyebabkan lemahnya budaya tulis. Lemahnya budaya tulis pada
komunitas Sunda secara tidak langsung merupakan representasi pula dari lemahnya
budaya tulis dari bangsa Indonesia. Fakta paling menonjol dari semua ini adalah
minimnya karya-karya tulis tentang kebudayaan Sunda ataupun karya tulis yang
ditulis oleh orang Sunda
C. SISTEM INTERAKSI DALAM SUKU SUNDA
Jalinan hubungan
antara individu- individu dalam masyarakat suku Sunda dalam kehidupan sehari-
hari berjalan relatif positif. Apalagi masyarakat Sunda mempunyai sifat someah
hade ka semah. Ini terbukti banyak pendatang tamu tidak pernah surut berada ke
Tatar Sunda ini, termasuk yang enggan kembali ke tanah airnya. Lebih jauh lagi,
banyak sekali sektor kegiatan strategis yang didominasi kaum pendatang. Ini
juga sebuah fakta yang menunjukkan bahwa orang Sunda mempunyai sifat ramah dan
baik hati kepada kaum pendatang dan tamu.
Diakui pula oleh etnik
lainnya di negeri ini bahwa sebagian besar masyarakat Sunda memang telah
menjalin hubungan yang harmonis dan bermakna dengan kaum pendatang dan mukimin.
Hal ini ditandai oleh hubungan mendalam penuh empati dan persahabatan Tidaklah
mengherankan bahwa persahabatan, saling pengertian, dan bahkan persaudaraan
kerap terjadi dalam kehidupan sehari-hari antara warga Sunda dan kaum
pendatang. Hubungan urang Sunda dengan kaum pendatang dari berbagai etnik dalam
konteks apa pun-keseharian, pendidikan, bisnis, politik, dan
sebagainya-dilakukan melalui komunikasi yang efektif. Akan tetapi tidak dapat dipungkiri
bahwa kesalahpahaman dan konflik antarbudaya antara masyarakat Sunda dan kaum
pendatang kerap terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Yang menjadi penyebab
utamanya adalah komunikasi dari posisi-posisi yang terpolarisasikan, yakni
ketidakmampuan untuk memercayai atau secara serius menganggap pandangan sendiri
salah dan pendapat orang lain benar.
Perkenalan pribadi,
pembicaraan dari hati ke hati, gaya dan ragam bahasa (termasuk logat bicara),
cara bicara (paralinguistik), bahasa tubuh, ekspresi wajah, cara menyapa, cara
duduk, dan aktivitas-aktivitas lain yang dilakukan akan turut memengaruhi
berhasil tidaknya komunikasi antarbudaya dengan orang Sunda. Pada akhirnya, di
balik kearifan, sifat ramah, dan baik hati orang Sunda, sebenarnya masih sangat
kental sehingga halini menjadi penunjang di dalamterjalinnya system interaksi
yang berjalan harmonis.
D. STRATIFIKASI SUKU SUNDA
Masyarakat Jawa Barat,
yaitu masyarakat Sunda, mempunyai ikatan keluarga yang sangat erat. Nilai
individu sangat tergantung pada penilaian masyarakat. Dengan demikian, dalam
pengambilan keputusan, seperti terhadap perkawinan, pekerjaan, dll., seseorang
tidak dapat lepas dari keputusan yang ditentukan oleh kaum keluarganya. Dalam
masyarakat yang lebih luas, misalnya dalam suatu desa, kehidupan masyarakatnya
sangat banyak dikontrol oleh pamong desa. Pak Lurah dalam suatu desa merupakan
“top leader” yang mengelola pemerintahan setempat, berikut perkara-perkara adat
dan keagamaan. Selain pamong desa ini, masih ada golongan lain yang dapat
dikatakan sebagai kelompok elite, yaitu tokoh-tokoh agama. Mereka ini turut
selalu di dalam proses pengambilan keputusan-keputusan bagi kepentingan
kehidupan dan perkembangan desa yang bersangkutan. Paul Hiebert dan Eugene
Nida, menggambarkan struktur masyarakat yang demikian sebagai masyarakat suku
atau agraris.
Perbedaan status di
antara kelompok elite dengan masyarakat umum dapat terjadi berdasarkan status
kedudukan, pendidikan, ekonomi, prestige sosial dan kuasa. Robert Wessing, yang
telah meneliti masyarakat Jawa Barat mengatakan bahwa ada kelompok
“in group” dan “out group” dalam struktur masyarakat. Kaum memandang sesamanya sebagai “in group” sedang di luar status mereka dipandang
sebagai “out group.
W.M.F. Hofsteede,
dalam disertasinya Decision-making Process in Four West Java Villages(1971) juga menyimpulkan bahwa ada
stratifikasi masyarakat ke dalam kelompok elite dan massa. Elite setempat
terdiri dari lurah, pegawai-pegawai daerah dan pusat, guru, tokoh-tokoh
politik, agama dan petani-petani kaya. Selanjutnya, petani menengah, buruh
tani, serta pedagang kecil termasuk pada kelompok massa. Informal
leaders, yaitu mereka yang
tidak mempunyai jabatan resmi di desanya sangat berpengaruh di desa tersebut,
dan diakui sebagai pemimpin kelompok khusus atau seluruh desa.
Hubungan seseorang
dengan orang lain dalam lingkungan kerabat atau keluarga dalam masyarakat Sunda
menempati kedudukan yang sangat penting. Hal itu bukan hanya tercermin dari
adanya istilah atau sebutan bagi setiap tingkat hubungan itu yang langsung dan
vertikal (bao, buyut, aki, bapa, anak, incu) maupun yang tidak langsung dan horisontal (dulur, dulur misan,
besan), melainkan juga
berdampak kepada masalah ketertiban dan kerukunan sosial. Bapa/indung,
aki/nini, buyut, bao menempati
kedudukan lebih tinggi dalam struktur hubungan kekerabatan (pancakaki) daripadaanak, incu, alo, suan. Begitu pula lanceuk (kakak) lebih tinggi dari adi (adik), ua lebih tinggi dari paman/bibi. Soalnya,
hubungan kekerabatan seseorang dengan orang lain akan menentukan kedudukan
seseorang dalam struktur kekerabatan keluarga besarnya, menentukan bentuk
hormat menghormati, harga menghargai, kerjasama, dan saling menolong di antara
sesamanya, serta menentukan kemungkinan terjadi-tidaknya pernikahan di antara
anggota-anggotanya guna membentuk keluarga inti baru.
Pancakaki dapat pula digunakan
sebagai media pendekatan oleh seseorang untuk mengatasi kesulitan yang sedang
dihadapinya. Dalam hubungan ini yang lebih tinggi derajat pancakaki-nya hendaknya dihormati oleh yang lebih
rendah, melebihi dari yang sama dan lebih rendah derajat pancakaki-nya.
KESIMPULAN
Suku Sunda merupakan
salah satu suku bangsa yang ada di Jawa. Suku Sunda memiliki kharakteristik
yang unik yang membedakannya dengan masyarakat suku lain. Kekharakteristikannya
itu tercermin dari kebudayaan yang dimilikinya baik dari segi agama, bahasa,
kesenian, adat istiadat, mata pencaharian, dan lain sebagainya.
Kebudayaan yang
dimiliki suku Sunda ini menjadi salah satu kekayaan yang dimiliki oleh bangsa
Indonesia yang perlu tetap dijaga kelestariannya. Dengan membuat makalah suku
Sunda ini diharapkan dapat lebih mengetahui lebih jauh mengenai kebudayaan suku
Sunda tersebut dan dapat menambah wawasan serta pengetahuan yang pada kelanjutannya
dapat bermanfaat dalam dunia kependidikan
http://3gplus.wordpress.com/2008/04/10/kebudayaan-suku-sunda-2/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar